Sometimes there really are no words. As I do research for other things, publications in a newspaper move me, and I had to create a publication just to keep them separate to the rest of my work…
Kalau anda seorang disainer dan punya disain sepatu bagus, mungkin anda berikiran untuk menjua disainnya ke merek terkenal atau pusat perbelanjaan kondang. Masuk akal. Kedua pihak akan dapat banyak uang dan ketenaran.
Andai anda seorang chef dan punya resep kue atau rendang yang enak. Mungkin anda juga berpikiran untuk menjualnya ke perusahaan makanan atau toko makanan terkenal. Masuk akal. Kedua pihak akan dapat uang dan reputasi dari transaksi itu.
Juga kalau anda seorang pemrogram dan punya platform jual beli yang bagus. Anda juga mungkin punya pikiran menjualnya ke perusahaan piranti lunak besar. Masih masuk akal karena kedua pihak juga akan mendapat uang banyak dan pengakuan.
Andai anda seorang peneliti yang menemukan pola penyebaran penyakit diare di suatu pemukiman kumuh di suatu kota. Apakah anda akan “menjualnya” (baca mengirimkannya ke jurnal terkenal)? Mungkin anda akan berpikiran begitu. Untuk itu anda (yang nantinya akan diganti negara) harus mengeluarkan ekstra dana lagi. Motivasinya apa? Mungkin ketenaran? Bisa naik jabatan? Bisa jadi uang (insentif)? Masuk akal tentunya.
Tapi apakah seharusnya begitu? Apakah pengetahuan bisa dimasukkan sebagai komoditas yang diperdagangkan (secara literal)? Mestinya tidak.
In this Asia-Pacific Insight, CUHK Law Faculty’s Head of Impact Strategy Dr Antoine Martin elaborates on educational and entrepreneurial mindsets. Using insights from educational strategies used in…
Here are 4 lessons from women in STEM that I loved. I hope they help you too. Check out some great illustrations as well!
Judging by the headlines, the mobile revolution is well underway. Last year, Adobe ran a story on CMO.com titled, “The Moment Is Now: Brands Must Embrace A Mobile-First World.” Think With Google…